Total Tayangan Halaman

Kamis, 08 September 2011

Bersyukurlah...

Tinggal di Abu Dhabi dengan sistem rotational selalu saja ada kisah menarik untuk diceritakan pada setiap hitchnya.

Sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di kawasan Timur Tengah, hidup menjadi cukup berat di kota ini. Biaya akomodasi/tempat tinggal sangat mahal di kota ini. Sebagai gambaran share apartement 1 BR (Bed Room) di kawasan agak pinggir kota biaya sewanya sekitar 2500 Dirham (sekitar 6 juta rupiah).
Dengan uang sebanyak itu kita bisa menyicil rumah yang terbilang cukup mewah di Indonesia. Ditambah lagi dengan biaya hidup yang makin hari semakin menjulang tinggi setinggi burj Al-Khalifa. (lebayyyyyyy).

Tak heran kawan kerja saya selalu mengeluh setiap hari mengenai betapa mahalnya biaya hidup di kota ini. Hal ini disebabkan karena dia tinggal di kota ini (permanent/non rotational) dan juga masih memiliki tiga orang anak yang masih duduk di bangku kuliah. Tak terbayang berapa biaya yang harus dikeluarkannya tiap bulan dengan gaji yang mungkin sangat pas-pasan.

Maka tak henti-hentinya pula saya menasehatinya untuk selalu bersyukur dan bersabar. Karena bagaimanapun juga hidupnya saat ini masih jauh lebih baik dibanding mungkin puluhan bahkan ratusan juta orang di luar sana yang bahkan untuk makan pun masih susah. Bukankah niscaya dengan banyak bersyukur itu niscaya Allah SWT akan menambah rezeki kita ?

sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih" QS 14:7

Kabayan ka?

Klo Anda mengira judul diatas berhubungan dengan si kabayan kabogohna nyi iteung yang identik diperankan oleh Didi Petet berarti Anda salah BESAR,

Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh para perantau TKP alias Tenaga Kerja Philipina kepada sesamanya. Kabayan mungkin kurang lebih artinya seperti ketika orang minang bertanya kepada sesamanya. "Urang Awak ?" atau orang Manado "Kawanua". Sebuah identitas yang langsung menjadi semacam pemecah kebuntuan diantara sekelompok orang yang baru saja bertemu.

Hal ini yang sering kali saya ketemukan selama merantau di negeri orang. Seringkali saya dianggap sebagai si Kabayan orang Philipina yang merantau jauh dari negeri asal. Memang sebagai sesama negara Asia Tenggara, wajah orang Philipina sangatlah identik dengan wajah orang Indonesia.

Tapi bagi saya sendiri, ceritanya tidak berhenti disini. Menjadi orang Indonesia yang wajahnya tidak begitu "Indonesia" terkadang menjadi persoalan tersendiri. Seringkali saya juga disangka sebagai orang Pakistan atau India ataupun Bangladesh. Jadi tak hanya ditanya dengan bahasa Tagalog. Acap kali saya pun diajak ngomong dengan Bahasa Hindi/Urdu ataupun Bengal.

Suatu waktu saat sedang bekerja saya ditanya oleh salah seorang supplier dengan menggunakan bahasa Tagalog, karena tidak faham jadinya dia pun memanggil kawannya yang orang India. Alih-alih menggunakan bahasa Inggris sang kawannya ini malah menggunakan bahasa Hindi. Gubrakssss Tepok Jidat. alamak ta'ngertilah awak ni. karena tak faham juga ujung-ujungnya mereka akhirnya ngomong dengan Bahasa Inggris. Barulah saya faham apa yang mereka inginkan.

Acha-acha ye mushkila heee..... Thinking of learning Urdhu or even Tagalog... 

Selasa, 06 September 2011

Indo-Nasi-a

Bagi kebanyakan orang Indonesia nasi merupakan makanan pokok nomor satu. Rasa-rasanya tiada hari tanpa nasi. Sarapan, Makan siang, dan Makan malam umumnya nasi merupakan hidangan wajib yang harus tersedia di meja makan.

Meminjam tagline sebuah minuman botol terkemuka Apapun lauknya makannya pasti pake nasi. Tak kenyang rasanya klo tidak makan nasi dalam sehari.

Namun hal ini ternyata menjadi pemandangan yang asing bagi sebagian kawan saya. Dia terheran-heran melihat kelakuan kolega kerjanya yang berasal dari Indonesia. Katanya sarapan, makan siang, maupun makan malam selalu dengan Nasi. Kata-kata andalannya adalah " Oh pare, rice pare always rice breakfast,lunch dinner always rice" dengan dialek pakistan yang kental.

Tak heran jika hari ini saya membaca salah satu headline di detik.com yang judulnya bombastis (as usual )

http://us.finance.detik.com/read/2011/09/06/100511/1716281/4/wow-ri-impor-beras-rp-7-triliun-hingga-juli

Wah klo gini kayaknya mesti nyari alternatif makanan pokok nih. Maybe kapurung someday :D


Sabtu, 03 September 2011

Bacalah

Akra Akra Akra.

Masih terngiang di telinga kata-kata ini.  Diucapkan oleh salah seorang kawan ketika saya sedang bekerja di gurun Sahara tepatnya di sebuah daerah bernama Hassi Messaoud, Ouargla, Aljazair.

Karena penasaran akan arti kata itu saya pun bertanya kepada kawan yang lain. Katanya " Baca, baca ,baca ".
Oh iya bener ternyata artinya sama seperti dengan kata pertama yang diturunkan dalam Al-Quran Bacalah.

Secara mendalam saya memaknai ini sebagai sebuah peringatan kecil bahwa memang segala sesuatu itu harus dilakukan berdasarkan ilmu. Melalui membaca inilah kita bisa mempelajari dan memahami suatu ilmu.

Karena dengan membaca kita akan mengenal dunia.

Karena dengan membaca kita dapat pindah dari kejahiliyahan menuju kefahaman

Karena dengan membaca kita bisa melihat yang terang dari yang gelap

dan dengan membaca kita bisa menguak kebenaran dari sesuatu yang salah.

Terkadang saya bisa membaca buku manual kerjaan dalam waktu yang cukup signifikan. Tapi di sisi lain kadang berat rasanya untuk membuka kalam kehidupan. Padahal disitulah saya bisa mendapatkan panduan hidup yang sebenarnya.

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS 2 : 2)


Almost Cold in Almost Winter

Semenjak lebaran udara di Abu Dhabi sudah agak sedikit mendingin tidak seperti pada saat bulan puasa kemaren. Cuaca sempat mencapai rata2x lebih dari 40 derajat. 

Seperti halnya kemaren sepulang dari belanja di supermarket dekat tempat tinggal saya, tak ada lagi peluh keringat bercucuran di wajah. Biasanya dengan jarak yang sama pada saat puncak musim panas, hampir dipastikan saya akan tiba di rumah dalam keadaan muka dan baju yang basah akan keringat.

At least this is a good news Insya Allah sebentar lagi cuaca akan sedikit man-Indonesia-wi (Almost Cold) dan sebentar lagi musim sejuk (almost winter). :D

Jumat, 02 September 2011

Nilai Moral

Di usia yang sudah semakin tua ada satu fenomena yang saya perhatikan khususnya di masyarakat Indonesia saat ini. Banyak nilai-nilai moral yang kita anut sejak dulu kala, sejalan dengan perkembangan zaman dan disertai dengan perkembangan teknologi , sudah semakin memudar.

Saya sendiri pun  secara sadar atau tidak sudah ikut mengalami hal tersebut diatas. Setelah saya renungkan ternyata salah pokok permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan atau ilmu dari diri saya pribadi dalam menyikapi suatu hal. Terkadang saya membuat justifikasi akan suatu hal tanpa mengetahui landasan ilmu dari hal tersebut.

Disinilah arti penting pendidikan yang bisa menjadi sumber ilmu yang akan menjadi fondasi untuk bertuturkata, berperilaku dan bertindak dalam keseharian. Ilmu pengetahuan dan Teknologi dan tentunya ilmu agama yang menjadi acuan hidup saya.

Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhan-mu yang Menciptakan (QS 96:1)

Yang  Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (QS 96:4)

Wahai Rabbku, Tambahkanlah ilmu bagiku dan Ampunilah dosa-dosaku.  

Ied Mubarak

Untuk pertama kalinya dalam hidupku bisa berlebaran di negeri orang.
Sejujurnya sedikit sedih juga tidak bisa berlebaran di kampung halaman berkumpul bersama sanak saudara sambil menikmati hidangan khas lebaran.

Anyway secara selalu teringat pesan mitoha dimanapun itu adalah bumi Allah SWT. so for me life must go on.
Ied Mubarrak untuk semunaya taqabbalallahu minna wa minkum shiamana wa shiamakum.

Abu Dhabi 2011/1432 H